MAKALAH
Hormon Replacement Therapy
Hormon Replacement Therapy
Disusun
Oleh :
1. Darmini
2. Gusdin
Nurliwanti
3. Minarti
4. Nurus
Safitri
5. Sarah
Tambolang
AKADEMI
KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM
TAHUN
AKADEMIK 2013
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahhi wabarakatuh
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hormon Replacement
Therapytepat pada waktunya.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas bidang studi Kesehatan Reproduksi serta dapat
memberikan kita informasi tentang Hormone Replacement Therapy lebih luas lagi
dalam kehidupan sehari-hari ataupun lingkungan sekitar.
Kami menyadari bahwa
tidak ada gading yang tak retak dan bukanlah gading kalau tidak retak. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf atas segala kekurangan
dalam pembuatan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum
warahmatullahhi wabarakatuh.
Samarinda, Maret 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar........................................................................................................
ii
Daftar
Isi................................................................................................................
iii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.....................................................................................
1
B. Tujuan
………………………………………………………………. 2
BAB. II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
…………………………………………………………… 3
B. Penggunaan
Terapi Sulih Hormon ………………..…………………... 4
C. Kontra indikasi HRT …………………………………………………
5
D. Efek samping umum HRT ………………………..……………...……
6
E. Petunjuk praktis penggunaan HRT ………………..…………………..
6
F. Keputusan Untuk menggunakan HRT ……………..……………….…
8
G. Konseling yang efektif pada
penggunaan HRT ……....……………...… 8
BAB. III PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................................
11
Saran ………………………………………………...……………...…
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sampai
akhir abad ini Indonesia akan dijumpai sekitar 8-10% lansia dan wanita akan
lebih banyak dibandingkan dengan kaum pria. Dalam perjalanan hidupnya seorang
wanita yang mencapai umur sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur,
sehingga tidak sanggup memenuhi hormone esterogen. Sistem hormonal seluruh
tubuh mengalami kemunduran dalam mengeluarkan hormonnya.
Menopause
adalah tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak
aktifnya folikel sel telur. Periode transisi menopause dihitung dari periode
menstruasi terakhir diikuti dengan 12 bulan periode amenorea (tidak mendapatkan
siklus haid). Menopause adalah bagian dari periode transisi perubahan masa
reproduktif ke masa tidak reproduktif. Usia rata-rata menopause berkisar 43 – 57
tahun namun tidak ada cara yang pasti untuk memprediksi kapan seorang wanita
akan memasuki masa menopause. Selain itu, faktor keturunan juga berperan
disini, seorang wanita akan mengalami menopause pada usia tidak jauh berbeda
dari ibunya.
Gejala-gejala perimenopause diantaranya
adalah :
·
Perubahan di dalam periode menstruasi (memendek
atau memanjang, lebih banyak atau lebih sedikit atau tidak mendapat menstruasi
sama sekali)
·
Hot flashes
·
Keringat malam
·
Kekeringan pada vagina
·
Gangguan tidur
·
Perubahan mood (depresi, mudah tersinggung)
·
Nyeri ketika bersanggama
·
Infeksi saluran kemih
·
Inkontinensia urin (tidak mampu menahan
keluarnya air seni)
·
Tidak berminat pada hubungan seksual
·
Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang
·
Bermasalah dengan konsentrasi dan daya ingat
Kontrasepsi
oral (pil) sering digunakan untuk pengobatan pada tahapan perimenopause
meskipun wanita tersebut tidak memerlukannya untuk tujuan kontrasepsi. Dosis
rendah pil kontrasepsi mengurangi gejala hot flashes, kekeringan pada vagina,
dan sindroma premenstruasi.
B. Tujuan
a.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui apakah itu hormone replacement therapy.
b.
Tujuan Khusus
·
Mengetahui manfaat hormone replacement therapy
·
Mengetahui kontra indikasi hormone replacement
therapy
·
Mengetahui efek samping hormone replacement therapy
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hormone Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon (TSH) adalah perawatan
medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama
dan setelah menopause
untuk menggantikan hormone yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi
secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormone.
Menopause adalah berhentinya masa haid pada wanita sehingga kemampuan untuk
bereproduksi sudah tiadak ada, hal ini ditandai
dengan perubahan hormonal yang nyata pada tubuhnya. Hal
ini juga menyebabkan menurunnya jumlah hormon estrogen, dimana hormon ini merupakan hormon yang
berhunbungan dengan sistem reproduksi, yang menyebabkan wanita merasakan gejala tak
enak, termasuk panas pada
wajah, vaginal kekeringan, sifat lekas marah, dan depresi. TSH secara parsial
mengembalikan keseimbangan estrogen di
tubuh wanita untuk mengurangi atau
mengeliminasi
gejala ini. THS dapat
meringankan penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami menopause alami, tetapi juga
di wanita muda yang mungkin mengalami menopause
prematur untuk alasan medis, seperti kanker atau sebab kelainan ovarium yang berhenti
menghasilkan estrogen.
Sebagai tambahan dalam mengurangi
gejala asosiasi dengan menopause, TSH memiliki banyak keuntungan dan bahkan
proteksi dari penyakit tertentu, termasuk osteoporosis, penyakit
jantung, dan stroke.
Studi medis yang
sedang berjalan telah
menunjukkan bahwa menggunakan TSH, dalam jangka panjang itu tidak selalu berguna,
dan dalam beberapa peristiwa ini mungkin sebenarnya menaikkan resiko kanker,
serangan jantung, dan penyakit lain.
B. Penggunaan
Terapi Sulih Hormon
Dimulai dengan
pubertas dan berikut tiga atau empat dasawarsa, tubuh wanita mengalami siklus hormonal teratur, Hal ini memungkinkan wanita dapat hamil dan
melahirkan anak. Estrogen dan
hormon lainnya, progesterone,
dikeluarkan oleh ovarium selama ovulasi, sebulan proses di mana telur dilepaskan dari ovarium dan dipersiapkan
untuk fertilization dengan sperma. Estrogen memiliki peranan dalam hal ini
sementara progesterone mempengaruhi lapisan permukaan jaringan
vagina dan rahim, membuat kondisi yang banyak baik bagi ovum untuk dibuahi. Jika kehamilan tidak terjadi,
bagian dari endometrium (bahan pelapis uterus) akan meluruh melalui vagina selama haid. Sebagai tambahan
terhadap peranan dalam reproduksi,
estrogen beredar di
aliran darah, mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubuh, termasuk
otak, pembuluh darah, tulang, dan sel-sel lemak.
Pada menopause, yang dialami oleh wanita pada usia 40-an atau awal 50-an, secara
berangsur-angsur ovarie berhenti menghasilkan estrogen, menyebabkan penurunan
tingkat estrogen di
dalam darah. Setelah lewat
beberapa tahun, estrogen ini tidak
lagi diproduksi yang
menyebabkan berbagai, perubahan dalam organ tubuh termasuk vagina, rahim, kandung
kemih, saluran kemih, payudara, tulang, hati,
pembuluh darah, dan otak.
Permasalahannya sekarang adalah
untuk menentukan apakah HRT harus diberikan secara rutin atau berkala pada
wanita menopause berisiko terhadap osteoporosis dan kardiovaskuler Sudah
terbukti bahwa estrogen dapat mencegah osteoporosis pada menopause. Sebenarnya
proses osteoporosis mulai berlangsung beberapa tahun sebelum menopause, ketika
kadar estrogen dalam darah mulai berkurang yaitu umur 40-50 tahun yang ditandai
dengan gangguan haid. Dari hasil penelitian diketahui 10% kandungan mineral
pada tulang wanita tersebut telah menurun disbanding wanita yang haidnya masih
teratur, dengan demikian dianjurkan supaya HRT sudah dimulai 4-5 tahun sebelum
menopause, bila gangguan jangka panjang seperti osteoporosis dan penyakit
kardiovaskuler hendak dicegah. Terapi ini harus berlangsung bertahun-tahun
yaitu 10-15 tahun sesudah menopause bahkan ada yang mengajnurkan seumur hidup, karena
dapat disangsikan daya cegah estrogen akan menghilangkan bila substitusinya
dihentikan dan proses pengeroposan tulang yang akan dilanjutkan.
Adapun strategi yang dilakukan sebagai berikut.
1. Terapi selama 2-3 tahun untuk
menghilangkan gejala akut, sesudah itu dihentikan. Bila gejala kembali kambuh
terapi diulang dan diteruskan sampai tidak berulang lagi di bawah pengawasan
dokter.
2. Terapi jangka panjang paling sedikit
selama 5 tahun mungkin sampai 10-15 tahun ditujukan untuk mencegah gejala
menahun menopause seperti osteoporosis dan penyakit jantung koroner.
3. Untuk menghindari timbul kembali
symptom yang akut, penghentian terapi dilakukan secara bertahap yaitu dengan
menurunkan dosisnya.
C.
Kontra
indikasi HRT
Mutlak
: tromboemoloisme (thrombosis),
anemia sel sabit, penyakit serebro, hipertensi berat, uji fungsi hati setelah
hepatitis abnormal, gangguan enzim.
Relatif
: penyakit kardiovaskuler, DM,
penyakit ginjal, TBC, kanker payudara, fibroadenasis, caendometrium, migraine
dan epilepsy.
D. Efek samping umum HRT
Mual,
sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi, nyeri tekanan pada
payudara, perut kembung, siklus menstruasi yang berkepanjangan, kegagalan untuk
mengurangi gejala-gejala. Efek samping HRT (estrogen) adalah kanker payudara,
kanker endometrium, tromboplebitis, perdarahan bercak.
Jika sediaan progesteron digunakan bersama dengan sediaan
estrogen, sebagian besar akan mengalami perdarahan bulanan sebagaimana layaknya
siklus menstruasi. Efek sampingan yang mungkin dialami para wanita pengguna
terapi hormon di antaranya mual, payudara menjadi lebih besar dan lebih lembut,
puting payudara berdiri, dan menjadi lebih gemuk. Efek itu mungkin akan semakin
berkurang seiring dengan lamanya masa terapi. Sedangkan efek sampingan yang
agak jarang dijumpai, antara lain kekurangan dorongan untuk berhubungan intim,
depresi, perdarahan di tengah-tengah siklus menstruasi, sakit pada dada dan
persendian (kaki).
E.
Petunjuk
praktis penggunaan HRT
Setiap perempuan
adalah unik. Ada yang secara alami mempunyai kadar hormon estrogen tinggi dalam
darahnya, ada pula yang rendah. Pemeriksaan kadar hormon dapat mendeteksi
masalah ini. Semua
wanita yang akan menggunakan pengobatan HRT harus memahami dan mengerti bahwa
pemberian HRT bukan untuk memperlambat menopause melainkan untuk mengurangi
atau mencegah keluhan atau penyakit akibat kekurangan estrogen. Adapun
wanita-wanita yang direkomendasikan untuk diberi HRT adalah :
·
Semua
wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT untuk pencegahan
(meskipun tanpa keluhan)
·
Semua
wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis
·
Semua
wanita dengan keluhan klimaterik
Penggunaan
HRT sebagi pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5 tahun. Anamnesis
yang dilakukan dengan baik dapat mempermudah dalam menegakkan diagnosis,
indikasi serta dapat memberikan informasi tentang risiko dan adanya
kontraindikasi. untuk dapat menilai keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause Rating Scale (MRS) dari green
yang biasa dikenal dengan skala klimaterik green. Skala ini dapat mengukur 3
kelompok keluhan yaitu :
·
Keluhan
psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan, sulit tidur,
mudah tersingung, mudah panic, sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hilang minat
pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
·
Keluhan
somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagaian tubuh terasa
tertusuk duri, sakit kepala nyeri otot atau persendian tangan atau kaki terasa
gatal, dan kesulitan bernafas.
·
Keluhan
vasomotor, berupa gejolak panass (hot
flushes) dan berkeringat di malam hari.
Tiap-tiap
keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan dengan memakai
4 tolak ukur skala nilai yaitu:
1. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada
keluhan sama sekali
2. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan
yang timbul sekali-kali dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan
sering timbul tetapi belum mengganggu aktivitas sehari-hari
4. Nilai 3 (berat) : Bila keluhan
sering timbul dan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari
F.
Keputusan
Untuk menggunakan HRT
Untuk meningkatkan kepatuhan wanita
dalam HRT, mereka perlu dijelaskan tentang untung dan ruginya, serta berikan
waktu pada wanita tersebut untuk mengambil keputusan dalam penggunaan HRT. Ada
beberapa hal yang harus dijelaskan dan dipantau kepada seorang wanita sebelum
diberikan HRT yaitu :
1. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk
laboratorium disamping anamnesis umum dan khusus mengenai organ reproduksi
2. Jelaskan efek samping dari HRT
seperti perdarahan peningkatan berat badan, dan kemungkinan terjadinya kanker
payudara.
3. Jelaskan cara pemakaian atau cara
pemberian seperti tablet, krem,plester, injeksi serta susuk.
4. Khasiat pengobatan umumnya baru
terlihat >6 bulan dan apabila belum terlihat khasiat yang diinginkan, maka
dosis obat perlu dinaikkan.
5. pada tahp awal HRT diberrikan 5
tahun dulu dan jika dianggap perlu pengobatan dapat dilanjutkan
6. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan,
dan setiap 1-2 tahun perrlu dilakukan mamografi serta pap smear setiap 6 bulan.
G.
Konseling
yang efektif pada penggunaan HRT
Hubungan antara bidan dan klien
dalam pemberian informasi tentang HRT sangatlah penting, karena sampai saat ini
masalah menopause masih sampai kontroversi, dimana klien masih merasa takut
menggunakan pengobatan hormone. Klien mendapatkan informasi tentang menopause
dan pengobatan hormon. Klien mendapat informasi tentang menopause dan
pengobatan hormone kebanyakan dari teman, keluarga, dan media. Informasi
tersebut justru menambah kebingungan mereka. Informasi dari tenaga kesehatan
sangatlah mereka butuhkan dan bagi tenaga kesehatan hendaknya meluangkan waktu
untuk dapat memberikan informasi tersebut dengan benar. adapun tujuan dari
konseling secara obyektif yaitu :
1. Memberitahukan klien bahwa HRT dapat
mengurangi atau mengatasi keluhan pada saat menopause
2. Dapat mencegah dampak kekurangan
estrogen dalam jangka waktu yang panjang
3. Dapat meningkatkan kualitas hidup
Di Negara maju seperti Amerika,
klien yang mendapatkan informasi yang baik dan komprehensif akan lebih patuh
terhadap instruksi dari tenaga kesehatan dari pada klien yang mendapat
informasi dari teman, keluarga atau media.
Menurut North American Menopause society (NAMS), mereka yang mau meneruskan
HRT adalah :
1. Wanita dengan hasil penghasilan
tinggi
2. Wanita yang memiliki pola hdup sehat
3. Wanita yang telah diangkat rahimnya
4. Wanita yang memiliki resiko terhadap
osteoporosis
5. Wanita yang telah mendapatkan banyak
informasi tentang kerugian serta keuntungan dari HRT
6. Wanita yang mempunyai hubungan yang
baik dan dekat dengan tenaga kesehatan
7. Wanita yang mengerti tentang dampak
positif dari HRT
8. Wanita yang berpendidikan tinggi dan
memiliki pengetahuan tentang menopause
Kunci keberhasilan konseling pada
HRT adalah bagaimana konseling tersebut dapat berkesinambungan dan tidak hanya
sekali pertemuan saja. Apabila klien telah menggunakan HRT konseling dapat
dimanfaatkan untuk menanyakan dampak serta efek samping yang dialami oleh
klien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konseling
berkesinambungan yaitu :
1. Menanyakan keluhan dapat teratasi
atau tidak
2. Memperhatikan tentang efek samping
yang dialami oleh klien
3. Melakukan evaluasi terhadap klien
4. Bila perlu ganti pengobatan
5. Mendiskusikan lamanya pengobatan
6. Memberikan materi pendidikan yang
mudah dimengerti
7. Tujuan informasi yang baru, bila
memang ada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hormone Replacement Therapy
(HRT) atau Terapi Sulih Hormon (TSH) adalah perawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah menopause untuk
menggantikan hormone yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya
lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormone
Dari hasil penelitian diketahui 10%
kandungan mineral pada tulang wanita tersebut telah menurun disbanding wanita
yang haidnya masih teratur, dengan demikian dianjurkan supaya HRT sudah dimulai
4-5 tahun sebelum menopause, bila gangguan jangka panjang seperti osteoporosis
dan penyakit kardiovaskuler hendak dicegah. Terapi ini harus berlangsung
bertahun-tahun yaitu 10-15 tahun sesudah menopause bahkan ada yang mengajnurkan
seumur hidup, karena dapat disangsikan daya cegah estrogen akan menghilangkan
bila substitusinya dihentikan dan proses pengeroposan tulang yang akan
dilanjutkan.
Adapun strategi yang dilakukan sebagai berikut.
1. Terapi selama 2-3 tahun untuk
menghilangkan gejala akut, sesudah itu dihentikan. Bila gejala kembali kambuh
terapi diulang dan diteruskan sampai tidak berulang lagi di bawah pengawasan
dokter.
2. Terapi jangka panjang paling sedikit
selama 5 tahun mungkin sampai 10-15 tahun ditujukan untuk mencegah gejala menahun
menopause seperti osteoporosis dan penyakit jantung koroner.
3. Untuk menghindari timbul kembali
symptom yang akut, penghentian terapi dilakukan secara bertahap yaitu dengan
menurunkan dosisnya
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Gde
Manuaba, Ida.1998.Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita.Jakarta:Arcan